watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

AKU DIPUASKAN HEWAN ASUHAN

Namaku Natalia, panggilanku Lia namun banyak
juga yang menyapaku Nat. Usiaku 28 tahun
dengan tinggi badan 170 cm. Sehari-hari aku
magang di Kebun Binatang Surabaya (KBS)
sesuai dengan statusku sebagai dokter hewan
lulusan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.
Aku bukanlah satu-satunya dokter hewan di
KBS, masih ada empat orang dokter hewan
lainnya dan aku termasuk yang paling muda di
antara mereka. Hanya ada seorang dokter
hewan cowok di KBS, dan aku paling cantik di
antara ketiga dokter hewan cewek yang bertugas
di KBS.
Walau usiaku paling muda di antara mereka
namun aku tetap masih kalah lincah bila
dibandingkan dengan mereka. Bukannya karena
fisikku cacat namun dikarenakan busana yang
kukenakan sehari-hari membuatku tidak selincah
mereka yang menggunakan celana panjang
selama bertugas sehari-hari. Aku tidak terbiasa
memakai celana panjang sehingga penampilanku
memang jadi terkesan feminin sekali.
Sehari-hari aku terbiasa memakai rok mini yang
bawahannya lebar sedangkan bagian atasan aku
lebih suka memakai T Shirt tanpa lengan yang
lebih cocok disebut singlet. Namun kalau saat
bertugas aku lebih suka memakai hem longgar
lengan pendek, karena kalau aku menggunakan
T Shirt tanpa lengan waktu bekerja, selain terlihat
kurang sopan, juga bisa membuat orang lain
khususnya cowok rekan kerjaku tidak bisa
bekerja dengan tenang.
Kegemaranku berpakaian ini disebabkan karena
keseharianku yang selalu tampil tanpa BH.
Memang sejak kecil aku tidak terbiasa dan tidak
suka memakai BH hingga saat ini kebiasaan
tersebut masih terbawa-bawa, dan jangan heran
kalau sampai dengan saat ini pun aku sendiri
tidak mengetahui ukuran payudaraku yang
montok dan sintal, karena aku memang tidak
pernah membeli BH. Bentuk payudaraku
memang indah dan ranum walaupun ukurannya
sedang-sedang saja. Warna puting susuku yang
merah muda dan sedikit kecoklatan ini
membuatku lebih percaya diri walau tidak
pernah mengenakan BH.
Koleksi CD-ku cukup banyak dengan aneka
warna, namun modelnya hanya dua macam,
yaitu model G String dan model berenda yang
mini sekali. Antara kedua model itu bentuknya
sama satu sama lain, hanya saja yang satu
terbuat dari seutas tali nylon dan yang yang satu
lagi terbuat dari renda yang lebarnya tak lebih
dari sebuah jari saja. Cara mengenakannya
cukup dilingkarkan di pinggangku, kecuali yang
G String ada ikatannya di sisi kanan kiri
pinggangku. Selebihnya tersambung di bagian
belakang pinggang terus turun ke bawah melalui
celah belahan pantatku, melilit melewati
selangkanganku, terus ke depan dan
tersambung dengan secarik kain sutera tipis
berbentuk segi tiga yang hanya berfungsi
menutupi liang vaginaku hingga bulu-bulu
kemaluanku tidak mampu tertampung semua.
Ujung-ujungnya yang lembut tersembul keluar
dan terkadang menimbulkan rasa geli saat aku
melangkah karena ujung-ujung bulu
kemaluanku itu tadi menggesek-gesek lipatan
pangkal pahaku. Tak jarang aku juga merasakan
kalau lipatan ujung CD-ku agar tergesek ke
samping saat kukenakan dan akibatnya sebelah
bibir vaginaku jadi tersembul keluar, untung saja
masih ada rok miniku yang menutupinya.
Dengan model penampilanku yang demikian,
aku tidak bisa berkeliling area KBS naik sepeda
seperti rekan-rekanku lainnya. Saat mengontrol
dari satu kandang ke kandang lainnya, aku
terpaksa harus tetap berjalan kaki saja, sekalian
agar sehat, pikirku. Namun apa bila ada
panggilan yang bersifat emergency, dari
kandang yang agak jauh dari klinik apa bila ada
hewan yang sakit maka mau tidak mau aku
harus bergegas juga dengan menggunakan
sepeda yang memang telah disediakan untuk
transportasi petugas di dalam KBS. Tentunya
yang senang adalah para pengasuh hewan
(keeper) yang berjaga di kandang-kandang yang
kulewati, termasuk para pengunjung dan pemilik
kios dimana aku lewat, karena mereka dapat
tontonan gratis melihat pahaku yang mulus
terbuka lebar saat aku mengayuh sepeda
melintasi mereka.
Itulah sedikit ilustrasi tentang diriku, yang
kuceritakan kembali untuk mengawali kisahku
yang baru ini.
Sudah tiga bulan ini aku mendapat tugas
mengasuh dua ekor anak singa yang baru saja
melahirkan tapi induknya enggan mengasuh
anaknya sehingga kami para tim medis
memutuskan agar anak singa tersebut segera
dipisah dari induknya dan dirawat di ruang
karantina yang letaknya berhadap-hadapan
dengan klinik kesehatan hewan.
Mungkin karena dianggap paling yunior di antara
mereka, maka oleh para dokter hewan senior
aku ditugaskan mengasuh dan memberikan
susu pada kedua bayi singa tersebut. Tugasku
adalah memberikan susu setiap dua jam sekali,
termasuk menggendongnya keluar untuk
berjemur setiap pagi. Maka tak heranlah kedua
anak singa ini menjadi sangat manja dan jinak
sekali denganku.
Saat ini kedua anak singa tersebut usianya sudah
tiga bulan dan frekwensiku memberikan susu
pun jaraknya sudah mulai berkurang, sekarang
sudah menjadi setiap empat jam sekali tetapi
volume susu yang diminumnya juga sudah
lebih banyak lagi. Keduanya tumbuh sehat dan
juga sudah bisa meloncat sana sini sambil berlari
kecil dengan riangnya. Waktuku belakangan ini
jadi lebih banyak tersita untuk berada di ruang
karantina merawat kedua bayi singa yang lucu
ini.
Kalau pada awal-awalnya aku harus memangku
mereka dan memberikan minum susu dari dot,
kini mereka sudah bisa minum sendiri dari
mangkuk yang kusodorkan. Keduanya langsung
menjilati isi mangkuk dengan rakusnya, tak
butuh waktu lama untuk menghabiskan
semangkuk susu yang kuberikan.
Pagi ini aku seperti biasanya begitu sampai di
KBS langsung datang ke ruang karantina untuk
mengunjungi dua ekor singa anak asuhku.
Mereka meloncat kesana kemari dengan
gembiranya menyambut kedatanganku.
Langsung saja kubuatkan susu yang kuseduh
dengan air hangat dan kuletakkan dalam
mangkuk kemudian kusodorkan pada mereka.
Sambil berjongkok di hadapan mereka,
kuperhatikan keduanya melalap habis susu
dalam mangkuk yang kuberikan, dan dalam
waktu sekejap saja mereka telah menjilat habis
susu itu.
Lalu keduanya memandangku seakan ingin
minta tambah. Dan matanya kemudian
memandang heran ke selangkanganku yang
terbuka saat aku berjongkok. Mungkin mereka
terheran-heran melihat gundukan daging yang
tersembul di tengah-tengah pangkal pahaku.
Naluri ingin tahunya sangat kuat hingga mereka
merangkak maju dan mengenduskan hidungnya
di selangkanganku. Hidungnya mendekati dan
mencium bagian luar vaginaku hingga dapat
kurasakan hembusan napasnya yang menerpa
lipatan pangkal pahaku.
Aku sedikit ragu dan ingin segera berdiri, namun
niatku segera kuurungkan saat terasa ada
sesuatu yang kasar dan lunak mengelus bagian
luar vaginaku. Rupanya si anak singa tadi
menjilati CD-ku sebagai perwujudan rasa ingin
tahunya. Hal ini membuatku terangsang karena
jilatan tadi ternyata menyentuh sebelah bibir
vaginaku yang kebetulan menyembul keluar dari
ujung lipatan secarik kain sutera yang menutupi
bagian liang vaginaku itu.
Pelan-pelan tanganku memasuki rok miniku
untuk melepas ikatan CD di samping kiri kanan
pinggangku. Rok miniku dengan bawahan
longgar itu terbuka lebar saat aku berjongkok
sehingga tidak menyulitkanku untuk melakukan
aktifitas tersebut. Dengan sekali tarik maka
terlepaslah sudah dan penutup vaginaku pun
tertanggal begitu saja.
Kedua ekor anak singa itu tetap berebutan
menjilati sekitar selangkanganku. Secara
bergantian mereka menjilati pangkal pahaku, dan
yang paling disukainya adalah menjilati bagian
vaginaku yang langsung membasah karena aku
begitu terangsang oleh jilatannya.
Aku sudah tidak mampu untuk berjongkok lebih
lama lagi hingga aku pun terjengkang duduk di
lantai. Lama kelamaan aku pun sedikit
merebahkan badanku. Pinggangku kujadikan
tumpuan untuk menumpu tubuhku, kakiku
kuangkat dengan bantuan tanganku di pangkal
lutut. Kukangkangkan selebar mungkin untuk
memberikan sedikit ruang gerak agar kedua ekor
anak singa ini lebih leluasa lagi menjilati sekitar
selangkanganku.
Cairan bening yang terus mengalir keluar dari
dalam liang vaginaku membuat keduanya lebih
rakus lagi menjilati bagian luar vaginaku,
mungkin karena rasanya yang sedikit asin
hingga membuat mereka berdua lebih bergairah,
karena secara teoretis semua hewan suka
merasakan sesuatu yang rasanya sedikit asin.
Kuletakkan kedua kakiku di lantai dengan posisi
tetap mengangkang sedangkan tangan kiriku
menopang ke lantai agar badanku tidak
terjengkang di lantai sementara tangan kananku
membuka kancing bagian atas hemku yang
longgar. Tanganku kususupkan ke dalam hemku
meraih dan meremas payudaraku yang sudah
mengeras pertanda birahiku sudah mencapai
puncaknya.
Kupilin-pilin puting susuku dengan jari sehingga
aku menggelinjang dan bulu kuduk di belakang
leherku seakan berdiri semua rasanya.
Sementara itu kedua ekor anak singa ini terus
menerus secara bergantian menjilati vaginaku
yang sudah sejak tadi tanpa ditutupi oleh sehelai
benang pun. Lidahnya yang kasar tetapi lunak itu
menjilati bibir-bibir vaginaku dari bawah hingga
ke atas secara teratur. Tak jarang jilatannya yang
mengandung sedikit tekanan ke vaginaku ini
mengenai ujung-ujung klitorisku.
“Hzz.. Zzt! Hzz.. Zzt! Hzz.. Zzt!” Hanya suara itu
yang bisa keluar dari mulutku berulang-ulang
menahan gejolak kenikmatan yang mengalir dari
pangkal pahaku, terus mengalir ke atas sampai
ke ubun-ubun kepalaku.
Aku sudah pernah mendapatkan jilatan di
vaginaku, namun jilatan yang kurasakan kali ini
lain dari pada yang lain. Lidah-lidah anak singa ini
lemas, lunak dan sedikit kasar saat menyentuh
bibir vagina dan ujung klitorisku. Tiba-tiba ada
semacam ledakan dahsyat di bagian pangkal
pahaku. Badanku tiba-tiba menggigil dan sedikit
kejang, diiringi tumpahnya lahar pelumasku
keluar dari dalam rahim menuju ke liang
vaginaku.
Tzee.. Eerrt! Tzee.. Eerrt! Tzee.. Eerrt! Aku dapat
merasakan semburan lahar hangat yang deras
sekali hingga merembes keluar menembus
melalui lubang vaginaku. Cairan lendir
pelumasku serta merta langsung saja dijilat oleh
kedua ekor anak singa ini bergantian. Dengan
rakusnya mereka menjilati vaginaku hingga tetes
terakhir hingga vaginaku menjadi bersih dan
kering kembali.
Aku menarik napas panjang melepas sisa-sisa
kenikmatan yang baru saja kualami. Aku tanpa
sengaja mendapatkan suatu pengalaman baru
dalam menyalurkan hasrat sex-ku, mungkin
tidak semua wanita di dunia ini beruntung dapat
mengalami dan merasakan hal-hal yang pernah
kualami dalam dunia kenikmatan sex.
Aku pun tahu bahwa seandainya pengalamanku
ini kuceritakan di situs 17Tahun.com pasti
banyak pembaca yang tidak akan percaya begitu
saja dengan pengalamanku yang satu ini.
Namun bagiku itu tidak penting, yang penting
bagiku adalah bagaimana aku bisa berbagi
dengan menceritakan pengalamanku dengan apa
adanya lewat situs ini.
Aku pun tidak berani mencoba-coba untuk
mengulangi peristiwa itu lagi, karena kedua anak
singa ini walau bagaimanapun juga mereka tetap
termasuk dalam golongan binatang buas
pemakan daging. Aku khawatir bahwa pada
suatu saat kelak tanpa kusadari akan ada bagian
di selangkanganku yang iritasi karena jilatannya.
Hal ini akan berbahaya sekali karena biasanya
binatang buas paling tidak tahan mencium bau
darah, mereka akan jadi beringas dan
penciuman mereka cukup tajam untuk hal yang
satu itu.


Adult | GO HOME | Exit
1/2694
U-ON

inc Powered by Xtgem.com